Selasa, 09 September 2008

Kebebasan & Disiplin 3

Sekali lagi disiplin berarti mengajar hal-hal yang bersifat positif dan konstruktif. Disiplin dimulai dari rumah. Bila anak-anak tidak disiplin di rumah, maka dapat dipastikan ia tidak disiplin di sekolah. Pendidikan dan kedisiplinan bagaikan dua sisi mata uang. Milton R. Sapirstein mengatakan: “Education like neurosis, begins at home” (pendidikan seperti halnya penyimpangan perilaku, dimulai dari rumah). Bagaimana anak di rumah, begitulah ia di sekolah. Bila anak di rumah biasa berteriak-teriak, maka di sekolahpun ia akan berteriak-teriak. Bila anak di rumah biasa berbantah-bantahan, maka di sekolahpun ia akan berbantah-bantahan. Jadi mendidik dan mendisiplinkan anak harus dimulai dari rumah. Orang tua turut juga berperan dalam mendidik anak. Tanggung jawab mendidik anak tidak sepenuhnya berada di pundak sekolah, karena waktu yang dihabiskan anak di sekolah hanya berkisar 7-8 jam sehari, sisanya di rumah.

Dr. John Pearce dalam bukunya Bagaimana Mengatasi Perilaku yang Buruk mengatakan: “Bila orang tua tidak dapat bersepakat mengenai di mana garis (maksudnya garis di antara perilaku yang baik dan yang buruk)tersebut harus ditarik, maka tidak akan mengherankan apabila anak-anak menjadi membangkang karena mereka tidak tahu apa yang diharapkan dari mereka. Anak-anak perlu mempunyai pengertian yang sangat jelas mengenai apa persisnya yang diminta, kalau tidak mereka akan membuat peraturan mereka sendiri dan mengerjakan apa saja yang mereka inginkan” (Pearce, 1990:15). Dalam suatu kesempatan bercakap-cakap Pak Sumantri, guru Fisika SMP, menasehati penulis untuk tidak membiarkan anak-anak mengendalikan situasi di kelas.

Mendidik anak-anak untuk berdisiplin berarti mencurahkan cinta kasih kita kepada mereka dengan cara memberi mereka perhatian. Mungkin selama ini anak-anak kita kurang mendapatkan perhatian dan cinta kasih kita sehingga mereka bertindak yang aneh-aneh. Cinta kasih hanya dapat dibuktikan melalui sebuah tindakan atau melalui contoh yang berasal dari hati, melakukannya dengan sentuhan hati.

Disiplin tidak hanya sekedar mematuhi perintah dan aturan-aturan baku lalu menghukum atau memberi sanksi bagi yang melanggar. Tindakan seperti itu hanya akan menjerumuskan kita kepada hal-hal yang bersifat normatif. Siapa yang salah dan melanggar harus dihukum. Sifat normatif sudah pasti mengabaikan alasan-alasan, motif, atau latar belakang mengapa seseorang berbuat kesalahan, membangkang atau bertindak yang aneh-aneh. Bisa saja seorang anak berbuat salah karena ia tidak tahu bahwa apa yang dilakukannya salah. Sikap yang normatif akan menjerumuskan kita pada sifat menghakimi. Saat kita menghakimi orang saat itulah kasih tidak ada dalam diri kita.

Disiplin berarti mengajarkan anak untuk mengerti apa artinya kebebasan dan bagaimana mempertanggung jawabkan kebebasan tersebut. Disiplin berarti memberikan pemahaman mengapa sebuah tindakan boleh dilakukan sedangkan yang lain tidak boleh. Memberikan mereka kebebasan untuk memilih sekaligus memberitahu mereka konsekuensi atau resiko yang harus mereka terima atas pilihan tersebut.

“Jadi, bila Anda menginginkan anak Anda berperilaku cukup baik, Anda harus mulai menerapkan disiplin Anda sejak dini…disiplin tidak hanya diperlukan untuk melindungi anak dari bahaya, tetapi juga diperlukan oleh anak untuk masuk dan menjadi anggota masyarakat yang berguna” demikian pesan Dr. John Pearce. Bila Anda ingin belajar tentang disiplin, bacalah Alkitab dan ikutlah teladan Yesus.

Kebebasan & Disiplin 2

Kebebasan memiliki batasan dan aturan. Di rumah anak-anak menuntut agar diberi kebebasan oleh orang tua mereka. Di sekolah pun demikian. Kita sering dibuat bingung oleh tingkah laku anak (didik) kita yang suka melawan dan membangkang. Kadang kita dibuat marah dan terpaksa menghukum anak karena perbuatan mereka selalu melanggar aturan. Mereka seolah-olah tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh.

Tahukah Anda mengapa anak-anak berperilaku buruk? Mengapa mereka membangkang? Di rumah Anda tidak mampu menghadapinya, di sekolah pun guru-guru tidak kuasa mengaturnya. Tapi tidak jarang kita melihat ada orang yang mampu mengatasi mereka. Orang tersebut mampu mengendalikan anak-anak kita dan mereka mendengar apa yang dikatakannya. Kenapa orang tersebut dapat melakukannya, sementara Saya sebagai orang tuanya (guru) tidak? Anda bertanya-tanya mengapa bisa demikian?

Sebenarnya permasalahan yang sering terjadi di atas ada jawabannya. Jawaban tersebut sudah sering kita dengar dan lakukan. Jawaban dari permasalahan di atas adalah “DISIPLIN”. “Ah, Saya bosan mendengar kata itu. Buktinya anak Saya tetap saja nakal, membangkang, dan bertingkah yang aneh-aneh” begitu kira-kira tanggapan Anda. Saya bisa memahami apa yang Anda rasakan karena yang Anda rasakan dan alami itu dirasakan juga oleh banyak orang di dunia ini.

Disiplin berasal dari bahasa Latin- disiplina –yang berarti mengajar, yang bersifat positif dan konstruktif. Murid-murid Yesus dalam bahasa Inggris disebut Disciples (Rasul). Kata disciples diambil dari kata disiplina. Pengertian disiplin di atas telah mengalami pendangkalan makna (sama halnya dengan istilah freedom). Sangat disayangkan disiplin sering digunakan dengan cara yang negatif dan otoriter. Disiplin dianggap sebagai penghalang kebebasan oleh sebagian orang, khususnya murid-murid sekolah.

Banyak orang menganggap disiplin berarti hukuman dan sikap yang sangat kaku, sehingga banyak yang menghindari menggunakan istilah tersebut. Disiplin bukan berarti hukuman. Disiplin juga bukan berarti sikap yang sangat kaku. Bahwa orang-orang yang menerapkan kedisiplinan kebanyakan berperilaku seperti itu adalah hal lain. Tidak dapat dimungkiri bahwa selama ini orang-orang yang menerapkan disiplin adalah orang-orang yang otoriter, kita lihat contohnya di militer. Banyak kepala sekolah, guru, dan orang tua yang berlaku otoriter, tapi menggunakan istilah disiplin. Ini adalah sebuah pemutarbalikkan makna.

Ada kisah yang menarik dari seorang Michael Jackson. Beberapa tahun lalu ia bercerita bagaimana bapaknya mendidik ia dan saudara-saudaranya dengan keras, bahkan sangat keras. Bapaknya memang menginginkan agar anak-anaknya sukses. Di mata Michael Jackson bapaknya adalah seorang yang kejam, yang berusaha mendidik anak-anaknya untuk disiplin tapi tindakan yang dilakukannya adalah perbuatan yang kaku dan otoriter. Beberapa kasus membuktikan bahwa sikap orang tua yang sangat keras pada anak-anak mereka di waktu kecil berakibat pada penyimpangan seksual mereka di usia dewasa. Bagi anak laki-laki kecenderungannya adalah menjadi bencong (waria) atau gay.

Kebebasan & Disiplin 1

“Responsibility is the price of freedom” (Elbert Hubbard)

Alkisah, Musa sedang menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, di padang gurun. Tiba-tiba dari semak duri muncul lidah-lidah api yang menyala namun semak duri tersebut tidak terbakar. Rasa penasaran menyelimuti hati Musa yang kemudian mendekat untuk melihat semak duri yang tidak terbakar tersebut. Tiba-tiba dari semak duri tersebut terdengarlah suara yang memanggil namanya. Ternyata suara itu adalah suara TUHAN. Di tempat itulah Tuhan pertama kali memperkenalkan diri kepada Musa. Tuhan kemudian memberitahukan namaNya kepada Musa. “AKU ADALAH AKU” kata Tuhan. “YHWH” itulah nama Tuhan. Berhubung huruf-huruf tersebut adalah huruf mati (konsonan), maka orang Israel menambahkan huruf vokal di antara huruf-hurf mati tersebut, orang Israel menyebutNya: Yahweh atau Yehovah. Bangsa Israel sebelumnya tidak mengenal siapa itu Tuhan, siapa namaNya. Mereka hanya tahu bahwa Tuhan yang mereka sembah adalah Tuhan nenek moyang mereka, yaitu Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. Yahweh dalam terjemahan bahasa Indonesia ditulis dengan huruf besar, yaitu TUHAN (Inggris: LORD).

Musa diberi tugas oleh Tuhan untuk membebaskan (memerdekakan) bangsa Israel dari perbudakan di tanah Mesir. Kisah keluarnya (eksodus) bangsa Israel dari Tanah Mesir adalah kisah tentang perjuangan manusia melawan penindasan, kebodohan, ketakutan, dan kemapanan. Kisah eksodus ini jugalah yang menginspirasi bapak-bapak pendiri Amerika untuk memerdekakan Amerika. Demikian juga halnya dengan Bung Karno yang beberapa kali dalam pidatonya selalu mengutip ayat-ayat Alkitab dalam Kitab Keluaran.

Kemerdekaan atau kebebasan (freedom) adalah kata yang sering dikumandangkan orang. Penggunaan kata tersebut bahkan sering disalahgunakan dan disalahtafisrkan. Banyak orang yang berkepentingan dengan kata tersebut sehingga makna kebebasan (kemerdekaan) akan ditafsirkan sesuai dengan kepentingan penggunanya. Orang berpikir bahwa kebebasan berarti leluasa melakukan apa saja yang kita mau. Bagi sebagian orang kebebasan berarti hidup tanpa adanya peraturan yang membatasi.

Ingat! Kebebasan bukanlah surat ijin (license) untuk berbuat sekehendak hati kita. Tuhan membawa bangsa Israel keluar dari Tanah Mesir agar mereka bebas dan merdeka. Bangsa Israel bebas menyembah dan beribadah kepada Tuhan, bebas menentukan nasib mereka sendiri, bebas menentukan pilihan sendiri. Namun, kebebasan mereka diberi batasan atau rambu-rambu oleh Tuhan. Sepuluh Perintah Allah adalah rambu-rambu bagi bangsa Israel.

Dalam salah satu perintahNya bangsa Israel dilarang menyebut nama Tuhan dengan sembarangan. Sebagai bangsa pilihan Tuhan Israel punya hak istimewa bergaul akrab dengan Tuhan dan bebas berseru padaNya. Namun untuk menyebut nama TUHAN (Yahweh) orang Israel harus berpuasa dan menyucikan diri terlebih dulu. Nama TUHAN hanya disebut pada saat-saat ibadah, saat-saat tertentu karena nama itu sangat suci, agung, dan mulia. Ketika membaca Taurat atau Talmud dan bertemu nama YHWH, maka orang Israel tidak mengucapkan nama tersebut tapi menggantinya dengan kata Elohim atau Adonai. Dalam bahasa Inggris kata God selalu tidak dibaca atau ditulis lengkap oleh rabi-rabi Yahudi. Mereka menulisnya dengan G-d.

Jumat, 05 September 2008

Pendidikan yang Holistik Sekolah Hati Suci

Pendidikan Sekolah Hati Suci bercirikan pendidikan secara holistik (menyeluruh) dan luas. Untuk mendukung program ini perpustakaan membuat program pelajaran yang bertujuan mengembangkan kemampuan otak secara utuh, bukan hanya otak kiri saja sebagaimana yang selama ini diagung-agungkan. Perpustakaan juga membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan otak kanan mereka.

Belahan otak kiri manusia mengontrol bagian tubuh sebelah kanan. Otak kiri bekerja secara logis dan matematis. Sementara otak kanan manusia mengontrol bagian tubuh sebelah kiri. Otak kanan berhubungan dengan kemampuan bahasa, kreativitas, dan seni.

Menjadi seorang yang pintar berarti memiliki kemampuan otak sebelah kiri dan sebelah kanan yang sama baiknya. Bila hanya otak kiri atau otak kanan yang dikembangkan, maka siswa tersebut dikategorikan setengah pintar karena hanya sebagian otaknya saja yang dimaksimalkan fungsinya.

Contoh orang-orang pintar adalah Romo Mangun Wijaya, Bung Karno, Alfred B. Nobel, Benyamin Franklin, dll. Orang-orang tersebut tidak hanya dikenal karena kemampuan mereka di bidang matematika, fisika, kimia, arsitektur, teknik sipil tetapi juga mereka dikenal sebagai seniman, negarawan, penulis, penemu, penulis puisi, orator.

Salah satu program perpustakaan Sekolah Hati Suci adalah membuat proyek Book Report. Siswa diwajibkan membaca buku-buku literatur dunia dan Indonesia kemudian membuat laporannya. Laporan tersebut berisi tentang rangkuman cerita dan kandungan moral dari cerita tersebut.

Kamis, 28 Agustus 2008

Perpustakaan, Pustakawan, dan Information Specialist

Perpustakaan berasal dari kata pustaka yang berarti kitab atau buku. Kata perpustakaan (bibliothek: Jerman; Perancis: bibliotheque; Belanda: bibliotheek) berasal dari kata biblia dari bahasa Yunani yang berarti tentang buku.

Usia perpustakaan sebenarnya sama tuanya dengan usia peradaban manusia. Ketika manusia mengenal tulisan, maka dimulailah sebuah usaha untuk menyimpan dan menyebarkan informasi tertulis. Tugas menyimpan data-data atau informasi tertulis itu dahulu kala dipegang oleh para imam, biksu, pendeta, dan pemimpin-pemimpin agama lainnya. Para imam ini bertugas melestarikan dan menyebarkan ajaran agama mereka dan kitab sucinya. Sehingga tidaklah mengherankan bila di kuil-kuil, sinagoga, dan gereja selalu ada perpustakaan.

Ketika manusia mulai hidup berkelompok dan membentuk kerajaan-kerajaan, tugas-tugas untuk menyimpan dokumen kerajaan dipercayakan pada satu orang pejabat kerajaan dan disediakan ruangan khusus. Kerajaan-kerajaan besar seperti Babilonia, Assyria, Media Persia, Macedonia, dan Romawi memiliki petugas-petugas yang khusus menangani dokumen-dokumen kerajaan ataupun informasi ilmu pengetahuan.

Manusia menggunakan tanah liat atau batu sebagai wadah untuk menulis ketika peradaban pertama kali dimulai. Kemudian orang-orang Mesir menemukan papyrus, yaitu sejenis rumput yang tumbuh di pinggiran sungai Nil, untuk digunakan sebagai wadah menulis. Bahasa Inggris paper dan Perancis papier (kertas) berasal dari kata papyrus tersebut. Papyrus tidak memiliki daya tahan yang kuat, manusia kemudian menemukan wadah tulis yang dinamakan parchment yang terbuaat dari kulit binatang (kambing).

Parchment ditemukan oleh Eumenes dari Pergamum. Parchment (Latin: Pergamenum) diambil dari nama kota Pergamon. Pada saat itu di kota Pergamon didirikan sebuah perpustakaan yang sangat besar untuk menyaingi perpustakaan Alexandria yang sangat terkenal itu. Kota Alexandria adalah penghasil papyrus.

Perpustakaan zaman dahulu merupakan tempat untuk menyimpan dan melestarikan buku. Pada awalnya koleksi perpustakaan hanyalah berupa buku atau bahan-bahan tertulis lainnya. Seiring dengan kemajuan teknologi koleksi perpustakaan tidak lagi hanya sebatas buku, tapi juga terdapat koleksi audio visual.

Di era informasi sekarang ini telah terjadi revolusi besar-besaran dalam pengelolaan perpustakaan. Cara-cara tradisional dan kuno dalam mengelola perpustakaan sudah ditinggalkan. Koleksi-koleksi yang dulu didominasi oleh buku dalam bentuk fisik juga sudah mulai berkurang.

Teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah wajah perpustakaan. Kita menyebut masa sekarang ini sebagai era informasi, era digital. Akibatnya perpustakaan pun kemudian berkembang menjadi perpustakaan digital. Apa itu perpustakaan digital? Secara sederhana perpustakaan digital adalah kumpulan informasi digital yang tertata, disediakan sebagai jasa dengan memanfaatkan jaringan informasi.

Perpustakaan digital memungkinkan kita membaca buku di mana saja dan kapan saja. Hanya dengan bermodalkan komputer dan jaringan internet kita sudah bisa membaca buku koleksi perpustakaan, tanpa perlu mengantri atau berurusan dengan peraturan dan jam buka perpustakaan. Kita dapat memilih buku dari sekian ribu buku yang dikoleksi perpustakaan dengan bebas tanpa berhubungan dengan petugas perpustakaan. Era digital memungkinkan orang-orang di pedalaman Papua, di kota Sidikalang, atau di Jakarta membaca buku koleksi British Library saat tengah malam sekalipun.

Google, salah satu mesin pencari yang tersedia diperkirakan akan mampu men-digitalisasi sepuluh juta buku per tahun. Dan bukan hanya Google saja yang melakukan itu. Microsoft, Yahoo, dan Amazon melakukan hal yang sama guna menyaingi apa yang dilakukan Google.

Library of Congress (LC) adalah perpustakaan yang terbesar di dunia menurut The Guiness Book of World Records. Koleksi Library of Congress (LC) mencapai 29 juta buku dari 130 item. Sedangkan rak buku LC mencapai 850 km panjangnya. Sementara British Library memiliki koleksi 25 juta buku dari 150 item yang ada. Rak buku British Library panjangnya mencapai 625 km. Sebagai gambaran jarak antara Jakarta-Bandung adalah 181 km. Kita bisa bayangkan besarnya koleksi LC.

Dengan koleksi buku yang luar biasa banyaknya tersebut baik LC maupun British Library berhadapan dengan keterbatasan ruangan penyimpanan. Ruang penyimpanan buku merupakan masalah perpustakaan sejak dulu. Dengan alasan itulah, maka sekarang ini banyak perpustakaan besar seperti The British Council mengubah diri menjadi perpustakaan digital.

Jumat, 22 Agustus 2008

Teaching Strategies

Menjadi Guru yang Efektif

  1. Pengajaran yang efektif mensyaratkan agar guru menguasai banyak keahlian. Kita mudah terjebak dalam pemikiran bahwa jika Anda menguasai mata pelajaran, maka otomatis Anda akan bisa mengajar dengan efektif. Tetapi sebenarnya guru yang efektif membutuhkan beragam keahlian.
  2. Sering-seringlah memperluas perspektif Anda. Anda harus yakin bahwa Anda bisa menjadi guru yang efektif sebagaimana yang Anda inginkan. Cobalah melihat sesuatu sebagaimana murid Anda melihat, dan cari tahu bagaimana murid-murid memandang diri Anda. Curahkan hati dan pikiran Anda untuk membantu murid membangun kemampuan memperluas perspektif.
  3. Ingatlah selalu daftar karakteristik di bawah ini selama Anda mengajar. Lihatlah daftar itu dan pikirkan tentang bidang pengajaran efektif yang berbeda-beda yang bisa bermanfaat bagi Anda dan juga bermanfaat untuk pengajaran Anda selama Anda masih menjadi guru pemula, dan bahkan setelah Anda menjadi guru yang berpengalaman sekalipun. Dengan selalu mempertimbangkan karakteristik ini dari waktu ke waktu, Anda mungkin akan mengetahui bahwa Anda melupakan satu atau dua bidang dan butuh waktu untuk meningkatkan diri Anda di bidang tersebut.
Daftar Karakteristik Guru Terbaik dan Terburuk Menurut Murid

Karakteristik

% Total

Karakteristik

% Total

Punya selera humor

79,2

Membuat kelas menjadi membosankan

79,6

Membuat kelas menjadi menarik

73,7

Tidak menerangkan secara jelas

63,2

Menguasai mata pelajaran

70,1

Pilih kasih

52,7

Menerangkan secara jelas

66,2

Sikapnya buruk

49,8

Mau meluangkan waktu untuk membantu murid

65,8

Terlalu banyak menuntut kepada siswa

49,1

Bersikap adil kepada murid

61,8

Tidak nyambung dengan murid

46,2

Memperlakukan murid seperti orang dewasa

54,4

Memberikan PR terlalu banyak

44,2

Berhubungan baik dengan murid

54,2

Terlalu kaku

40,6

Memerhatikan perasaan murid

51,9

Tidak membantu/memerhatikan siswa

40,5

Tidak pilih kasih

46,6

Kontrol kurang

39,9

Sumber: John W. Santrock, Educational Psychology 2nd Edition. McGraw-Hill, 2004.

Minggu, 10 Agustus 2008

Kenali Perkembangan Anak

Kerberhasilan mendidik dan mengajar anak sangat dipengaruhi oleh pengenalan kita akan perkembangan jiwa anak didik. Tuntutan dalam mendidik dan mengajar anak-anak tidak semuanya berada di pundak guru, orang tua juga memiliki tanggung jawab yang sama dengan guru.

John W. Santrock, Doktor Psikologi Pendidikan di University of Texas at Dallas, dalam bukunya Psikologi Pendidikan edisi kedua terbitan McGraw-Hill membagi perkembangan jiwa dan perilaku anak ke dalam beberapa periode. Berikut ini adalah pembagian usia perkembangan anak.

Periode Umur Perkembangan/Perilaku Anak

0- 6 bulan

Sekedar bersuara

Membedakan huruf hidup

Berceloteh pada akhir periode

6-12 bulan

Celoteh bertambah dengan mencakup suara dari bahasa ucap

Isyarat digunakan untuk mengomunikasikan suatu objek

12-18 bulan

Kata pertama diucapkan

Rata-rata memahami 50 kosakata lebih

18-24 bulan

Kosakata bertambah sampai rata-rata 200 buah.

Kombinasi dua kata

2 tahun

Kosa kata bertambah cepat

Penggunaan bentuk jamak secara tepat

Penggunaan kata lampau (past tense)

Penggunaan beberapa preposisi atau awalan

3-4 tahun

Rata-rata panjang ucapan naik dari 3 sampai 4 morfem per kalimat

Menggunakan pertanyaan ”ya” dan ”tidak” dan pertanyaan ”mengapa, di mana, siapa, kapan”

5-6 tahun

Kosakata mencapai rata-rata 10.000 kata

Koordinasi kalimat sederhana

6-8 tahun

Kosakata terus bertambah cepat

Lebih ahli menggunakan aturan sintaksis

Keahlian bercakap meningkat

9-11 tahun

Definisi kata mencakup sinonim

Strategi berbicara terus bertambah

11-14 tahun

Kosakata bertambah dengan kata-kata abstrak

Pemahaman bentuk tata bahasa kompleks

Pemahaman fungsi kata dalam kalimat

Memahami metafora dan satire

15-20 tahun

Dapat memahami karya sastra dewasa

Dengan memahami tahapan perkembangan jiwa anak diharapkan guru dan orang tua mampu mendidik dan mengajar anak sesuai dengan perkembangan usianya. Selamat mencoba semoga berhasil.


Kamis, 07 Agustus 2008

Pendidikan (Belajar) Adalah Proses

Warren Buffet:
"Enjoy the process far more than the proceeds"

Pernahkan Anda mendengar nama Warren Buffet? Bagi kita yang bergelut dalam dunia pendidikan, nama tersebut tentunya sangat asing. Tidak demikian halnya dengan mereka yang bergelut dalam dunia bisnis dan perdagangan saham.

Warren Buffet adalah orang terkaya di dunia saat ini dengan total kekayaan 62 milyar dollar. Ia mengalahkan bos Microsoft, Bill Gates, yang menjadi orang terkaya di dunia selama 14 tahun berturut-turut.

Anda masih bertanya-tanya: "Lantas apa hubungannya orang terkaya di dunia itu dengan carut-marutnya dunia pendidikan kita". Sebenarnya tidak ada hubungan secara langsung antara dunia pendidikan kita dengan Warren Buffet. Coba simak perkataannya di atas: "Enjoy the process far more than the proceeds". Warren Buffet mengajarkan kepada kita untuk lebih menghargai sebuah proses daripada hasil yang ingin dicapai. Mari kita lihat hubungannya dengan pendidikan kita saat ini.

Tahukah Anda mengapa ujian nasional banyak diprotes dan model pembelajaran yang diterapkan di kelas selama ini banyak menuai kritikan? Harian Kompas pada 11 Mei 2008 memuat berita tentang evaluasi terhadap pelaksanaan Ujian Nasional, berikut kutipannya: "Tiga persoalan dalam pelaksanaan UN. Pertama, persoalan dasar asumsi, yaitu untuk menunjukkan anak-anak Indonesia pintar, diterapkan standar kelulusan, tidak kuat. Kedua, pendekatan UN yang lebih berorientasi pada output, hasil akhir, yaitu angka kelulusan yang semakin tinggi. Tetapi UN kurang memperhatikan proses, sedangkan dalam dunia pendidikan proses merupakan bagian sangat penting. Kalau mengutamakan output, guru tidak peduli cara belajar anak. Yang penting angka ujian mencapai 4 atau 5 sesuai standar yang dimaui. Ketiga, UN dilakukan secara nasional, tapi ibarat UN itu ukuran mirip meteran, sedangkan yang diukur berbeda-beda".

Di lain pihak, Education Forum menilai kondisi pendidikan Indonesia sekarang semakin mengkhawatirkan karena telah menciptakan rasa tidak nyaman, ketakutan, dan tidak menyenangkan bagi peserta didik.

Tharman Shanmugaratman, mantan menteri pendidikan Singapura mengatakan: "Pendidikan berkualitas tidak sekedar melihat kemampuan berdasarkan nilai kelulusan ujian. Pendidikan berkualitas berorientasi menghasilkan generasi inovatif yang siap bersaing di era global. Pendidikan di sekolah justru harus mampu menghargai dan mengembangkan kemampuan dan perspektif yang beragam dari setiap individu siswa".

Ujian Nasional merupakan gambaran buruknya pelaksanaan pendidikan Indonesia yang mengabaikan proses dan lebih mengutamakan hasil. Untuk mendapatkan hasil banyak cara dapat dilakukan, bahkan semua cara bisa dihalalkan. Tapi coba lihat berapa banyak orang yang mau melewati sebuah proses untuk mendapatkan hasil. Kebanyakan orang akan memilih menghindari sebuah proses dan ingin langsung mendapatkan hasil. Hasil memang perlu, tapi bila hasil yang dicapai tidak melalui sebuah proses yang benar dan tepat, maka percumalah hasil tersebut. Sama seperti garam yang sudah tidak asin lagi.

Secara umum memang masyarakat kita masih belum bisa meninggalkan metode-metode lama dalam kegiatan belajar-mengajar. Pada dasarnya keengganan untuk berubah berpangkal pada ketakutan akan akibat atau hasil dari perubahan. Faktor lainnya adalah masyarakat kita sudah merasa nyaman dengan model pendidikan yang diterapkan selama ini. Dua hal di atas menjadi penghalang terbesar dalam mereformasi dunia pendidikan.

Departemen Pendidikan seharusnya bertanggung jawab atas permasalahan pendidikan yang terjadi selama ini. Namun, sering terjadi kesalahan yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan ditimpakan ke pundak para guru. Pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan, bukannya melakukan evaluasi terhadap kebijakan yang dibuatnya tetapi justru lepas tangan.

Sepertinya pemerintah lupa bahwa pendidikan, peserta didik, dan guru adalah sebuah investasi untuk masa depan. Nyata sekali bahwa pemerintah setengah hati untuk memajukan dunia pendidikan. Pemerintah memotong anggaran pendidikan sebesar 10 hingga 20 persen dari APBN. Yang lebih parah lagi pemerintah tidak punya perhatian sama sekali terhadap perpustakaan. Padahal perpustakaan merupakan jantung dari pendidikan. Pengurangan anggaran pendidikan berimbas pada pengurangan anggaran untuk perpustakaan. Secara resmi Departemen Pendidikan telah mengurangi anggaran untuk perpustakaan sebesar 10 persen.

Dalam sejarah manusia, tidak ada bangsa atau negara yang menjadi maju dan hebat tanpa disertai pendidikan yang maju. Sebuah peradaban yang maju selalu dibarengi oleh pengelolaan pendidikan yang baik dan didukung oleh perpustakaan yang maju pula. Bangsa Mesir, Sumeria, Assyria, Babilonia, Media Persia, Arab, Macedonia (Yunani), Romawi, Kerajaan Inggris, dan Amerika Serikat menjadi hebat karena memiliki pendidikan dan perpustakaan yang hebat pula.

Mungkin pemerintah Indonesia perlu meniru cara-cara Warren Buffet dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Dalam berinvestasi Warren Buffet tidak pernah menerapkan prinsip beli saham, tapi membeli bisnis (buying a business not share). Ia tidak mau berspekulasi untuk mendapatkan keuntungan sesaat dengan membeli saham-saham yang lagi bagus. Tapi, ia lebih mementingkan sebuah investasi jangka panjang dengan membeli perusahaan yang memiliki prospek bisnis yang cerah sekalipun kelihatannya pembelian tersebut akan mengakibatkan kerugian saat ini.

Demikian juga halnya dengan pendidikan dan pengembangan perpustakaan. Pemerintah pasti akan mengeluarkan banyak biaya untuk mereformasi dunia pendidikan dan mengembangkan perpustakaan. Sama seperti halnya sebuah investasi, hasilnya belum bisa kita rasakan sekarang tapi baru dapat dilihat di masa yang akan datang. Pendidikan sangat mengutamakan proses karena pendidikan itu sendiri adalah sebuah proses.

Nasib Pendidikan Indonesia

"Menciptakan lingkungan belajar yang aman dan menyenangkan serta menyediakan sarana belajar yang diperlukan siswa untuk meraih keunggulan sesuai dengan potensi dan bakatnya masing-masing" (Misi Sekolah Hati Suci-Tanah Abang)

Kita sering mendengar berita tentang tingginya angka frustasi siswa dalam kegiatan belajar di sekolah. Bahkan banyak siswa yang tertekan (stress) karena beban pelajaran di sekolah yang begitu berat. Siswa belajar karena ia merasa terpaksa untuk belajar demi mengejar nilai yang tinggi. Padahal seharusnya siswa belajar karena memang ia senang untuk belajar. Kegiatan belajar merupakan sebuah kegiatan yang tidak bisa dipaksakan walaupun kita bisa mengkondisikannya. Tantangan yang muncul dari pernyataan tersebut adalah bagaimana para guru melakukan inovasi agar siswa menyenangi dan sadar akan pentingya belajar.

Kak Seto Mulyadi dalam Semiloka Membangun Budaya Membaca dengan Bahasa Indonesia yang diadakan oleh Koran Anak Berani mengatakan bahwa siswa membutuhkan suasana belajar yang menyenangkan, bukan dengan cara-cara kaku atau terlalu serius seperti orang-orang dewasa.
Katanya lagi, selama ini pengertian belajar hanya ditekankan pada sisi kewajiban bukan pada hak anak yang harus dipenuhi oleh lingkungan dengan cara-cara yang tepat. Ini semua merupakan pelanggaran atas UU Perlindungan Anak. Siswa dibebani berbagai macam pelajaran dan PR yang membuat mereka tertekan. Menurut Kak Seto kegiatan belajar yang dilakukan dengan cara terpaksa dan penuh kekerasan selain tidak efektif juga akan kontra-produktif dan menghasilkan siswa-siswa pengidap school phobia.


Kondisi siswa yang demikian tidak beda jauh dengan gurunya. Guru seharusnya memiliki banyak waktu untuk berkreasi dan berinovasi dalam proses belajar-mengajar di sekolah. Kondisi pendidikan kita saat ini bahkan mematikan kreativitas dan kemampuan beinovasi guru dikarenakan berbagai tugas rutin yang tidak memiliki hubungan langsung dengan keberhasilan siswa dalam belajar dan pengembangan kemampuan guru itu sendiri. Waktu yang dimiliki guru habis hanya untuk mengerjakan tugas-tugas rutin tersebut. Guru dan siswa terjebak dalam suatu rutinitas. Rutinitas hanya akan menghasilkan kejenuhan yang pada akhirnya membuat orang frustasi dan stres.

Tugas seorang guru tidak hanya mendidik dan mengajar, tetapi ia juga harus terus belajar. Disela-sela waktu mengajar, guru harus menyediakan waktu untuk membaca. Yang harus diwaspadai adalah jangan sampai waktu luang tersebut digunakan untuk ngobrol apalagi meng-gossip. Memang, kebiasaan membaca orang Indonesia masih sangat rendah dibanding dengan kebiasaan berbicara.

Kompas, 26 November 2007 dalam tulisannya tentang guru profesional mengatakan: "guru profesional adalah guru yang mau mengembangkan dirinya dan mau berubah ke arah yang lebih baik. Meski dalam UU Guru dan Dosen dikatakan bahwa guru harus mempunyai kompetensi kepribadian, pedagogik, dan profesional, di era ilmu pengetahuan dan teknologi guru harus mau mengubah pola pikir".

Paradigma lama yang diterapkan dalam dunia pendidikan Indonesia selama ini memang harus dibuang jauh-jauh. Kemajuan dunia saat ini menuntut kita untuk melakukan suatu terobosan baru agar kita bisa survive dalam menghadapi tantangan. Memasuki era globalisasi kita diperhadapkan dengan kenyataan bahwa pendidikan kita tertinggal jauh dibanding negara-negara lain. Itulah sebabnya mengapa sekarang pemerintah mempersiapkan guru-guru internasional dan mengembangkan sekolah-sekolah plus bertaraf internasional (Kompas, 27 November 2007).

Pada hari yang sama Kompas juga mengangkat berita tentang sekolah yang menerapkan "entrepreneurship", yaitu sekolah yang mengajarkan anak didiknya tentang semangat, jiwa dan ketrampilan dari wirausahawan yang ingin tetap terus maju, berkembang, dan mandiri. Ternyata Amerika pada tahun 2006 sampai mengeluarkan resolusi yang menetapkan pentingnya pendidikan "entrepreneurship" bagi generasi mudanya.

Apa artinya berita tersebut bagi Sekolah Hati Suci? Sekolah Hati Suci sudah menyadari pentingnya pendidikan "entrepreneurship" jauh sebelum berita di Kompas tersebut dimuat. Sebagai guru Hati Suci, kita semua wajib menjalankan misi sekolah kita.

Jadi, belajar bukanlah sebuah tindakan yang dipaksa, melainkan tindakan yang menuntut kerelaan seseorang untuk melakukannya karena ia senang dan sadar akan pentingnya belajar. Kegiatan belajar harus bisa membuat orang senang untuk melakukannya, bukan sebaliknya menjadi tertekan karenanya. Belajar bukan hanya dilakukan oleh siswa tapi juga oleh guru. Kegiatan belajar juga harus mampu menghasilkan siswa-siswa yang berjiwa "entrepreneurship". Memiliki jiwa "entrepreneurship" berarti memiliki semangat belajar dan pantang menyerah. Bila belajar menjadi sebuah kegiatan yang menyenangkan, maka proses belajar dengan sendirinya berlangsung terus-menerus seumur hidup.

Rabu, 06 Agustus 2008

Prestasi

Dalam dunia pendidikan pembicaraan tentang prestasi merupakan hal yang biasa. Di sekolah siswa selalu diajarkan dan diarahkan untuk berprestasi. Sebab salah satu tujuan pendidikan adalah menghasilkan manusia-manusia yang berprestasi, baik secara akademis maupun non-akademis. Lembaga-lembaga pendidikan yang terkenal di dunia biasanya menghasilkan siswa-siswa yang berprestasi. Mereka yang memahami filosofi pendidikan tentunya akan menempatkan prestasi siswa sebagai kebutuhan utama.

Keinginan untuk berprestasi merupakan sebuah kebutuhan pada masyarakat maju dan modern. Abraham Maslow, seorang ahli psikologi, dalam karyanya tentang hierarki kebutuhan manusia membagi kebutuhan kedalam lima tingkatan. Tingkatan tersebut adalah kebutuhan fisiologis (physiological), kebutuhan akan rasa aman (safety), kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki (love/belonging), kebutuhan akan penghargaan (esteem), dan kebutuhan akan aktualisasi diri (self-actualization).

Masyarakat yang masih berkutat pada cara-cara memenuhi kebutuhan fisik dan biologis seperti makan, minum, tempat tinggal dan sex berada pada tingkat yang terendah (fisiologis) dalam hierarki Maslow. Sementara masyarakat yang sudah memikirkan tentang penghargaan dan aktualisasi diri berada pada tingkat tertinggi.

Prestasi merupakan bentuk dari kebutuhan manusia akan penghargaan dan aktualisasi diri. Pada masyarakat seperti ini mereka sudah tidak lagi disibukkan dengan urusan sembako dan keamanan, melainkan bagaimana berprestasi setinggi-tingginya dan sebanyak mungkin.

Sebenarnya dalam diri setiap orang terdapat sebuah hasrat untuk berprestasi. Hasrat ini bila semakin kuat dorongannya dalam diri seseorang akan menjadi sebuah kebutuhan. Kebutuhan untuk berprestasi ini oleh David McCLelland dinamakan Need for Achievement atau lebih dikenal dengan singkatan N-ACh. Orang yang memiliki N-ACh tinggi biasanya suka akan tantangan dan kebebasan berekspresi. Bagi mereka kepuasan yang sesungguhnya adalah ketika masyarakat mengetahui prestasi yang diraihnya.

Menurut David McClelland keinginan untuk berprestasi ini bersumber pada:
1. Orangtua yang pada masa kanak-kanaknya diberi (encouraged) kebebasan.
2. Pujian dan penghargaan (rewards) pada sebuah keberhasilan yang dicapai.
3. Berpikir positif untuk selalu mencapai prestasi.
4. Pencapaian prestasi dianggap sebagai hasil usaha dan kompetensi seseorang, bukan sebagai keberuntungan.
5.Hasrat untuk menjadi lebih efektif dan selalu ditantang.
6. Kekuatan dalam diri (intrapersonal) seseorang.

Memang tidaklah mudah untuk berprestasi karena prestasi itu merupakan buah dari kerja keras, ketekunan, kesabaran, dan tentunya disiplin. Tidak semua orang mau menjalani tahapan tersebut karena tahapan itu dianggap sukar untuk dijalani, membutuhkan pengorbanan materi, mental, serta memakan waktu yang tidak sebentar. Kebanyakan dari kita tidak mau berkorban sekalipun untuk kemajuan diri kita sendiri. Kita lebih suka memilih sebuah kemapanan yang tidak membutuhkan banyak pengorbanan. Tanpa disadari kita telah dihinggapi virus "malas". Malas untuk belajar dan malas untuk bekerja yang kemudian akan membuahkan kemalasan-kemalasan lainnya. Kemalasan membunuh kreativitas dan masyarakat yang malas adalah masyarakat yang miskin prestasi.

Life Skills

Thomas Alva Edison pernah mengatakan: "Aku belum gagal, aku hanya menemukan 10.000 cara yang belum sempurna." (I have not failed. I've just found 10.000 ways that won't work). Pernyataan ini hendak mengatakan kepada kita bahwa kehidupan merupakan sebuah kenyataan yang multidimensi. Itu berarti dalam mengatasi masalah yang muncul dalam hidup hendaknya kita tidak hanya menggunakan satu cara saja. Beranilah mencoba mencari cara baru, jangan takut gagal dan mudah menyerah. Kalau cara-cara atau metode lama tidak berhasil menyelesaikan suatu masalah, gunakan cara-cara baru. Cara-cara lama yang sudah usang tidak akan mampu lagi digunakan untuk menyelesaikan masalah yang semakin kompleks. Disinilah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah (problem solving) diuji. Kegagalan merupakan buah dari ketidakberanian untuk mencoba dan takut berbuat salah.

Kesuksesan yang dicapai Thomas Alva Edison dan juga orang-orang terkenal lainnya tidak hanya ditentukan oleh kepintaran mereka dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga kemampuan dalam mengelola segala potensi yang mereka miliki. Orang yang pintar belum tentu sukses, tetapi seorang yang sukses sudah pasti pintar. Tantowi Yahya dibayar lebih dari Rp 50 juta untuk membawakan acara yang berdurasi dua jam. Kepintarannya dalam berbicara di muka umum (public speaking) telah menjadikannya seorang MC atau presenter yang sangat terkenal di Indonesia saat ini. Kemampuan yang sama dimiliki oleh Bung Karno juga telah mengantarnya menjadi salah seorang pemimpin dunia yang disegani.

Memiliki kecerdasan akademis tidaklah cukup untuk menjadikan kita seorang yang sukses. Seseorang juga harus memiliki kecerdasan sikap, kreativitas, dan kemampuan memecahkan masalah. Semua itu merupakan bagian dari apa yang dinamakan dengan life skills, yaitu sekumpulan kemampuan yang dapat membantu seseorang mencapai tujuan hidup yang dicita-citakannya. Life skills merupakan bekal seseorang dalam menyiasati kesulitan kehidupan yang dialaminya dan juga membantu seseorang dalam mengelola kehidupannya sehari-hari. Ia bersumber pada tanggung jawab seseorang akan masa depannya dan bahwa kehidupan yang dijalaninya haruslah digerakan oleh tujuan.

Life skills diperoleh melalui proses belajar dalam kehidupan sehari-hari. Nietzche mengatakan bahwa pengalaman-pengalaman yang paling mendidik adalah apa yang didapat dari kehidupan sehari-hari (the most instructive experiences are those of everyday life). Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat belajar dan mempraktekan secara langsung tentang kepemimpinan, tanggung jawab, pengambilan keputusan, kemampuan memecahkan masalah, kreativitas, keberanian bertindak, kerjasama, sikap menghormati dan menghargai, berpikir positif, bersikap jujur, sikap fair, kepedulian, ketabahan (perseverance), kepercayaan, berkarya, bersosialisasi, dll. Jadi, life skills sebenarnya merupakan bentuk pengembangan bakat dan character building seseorang.

Kecerdasan akademis merupakan modal utama seseorang untuk masa depannya, tapi life skills merupakan modal utama seseorang dalam mencapai kesuksesan. Untuk menjadi seorang yang cerdas secara akademis, sekolah menjadi tempat yang tepat untuk memperolehnya. Dan untuk menjadi seorang yang sukses, pengalaman dalam kehidupan sehari-hari adalah guru yang tepat.

Sekolah yang baik adalah sekolah yang tidak hanya mengejar prestasi akademis semata, tapi juga membekali siswa-siswinya dengan ketrampilan hidup (life skills). Prestasi akademis tanpa didukung oleh life skills hanya akan menghasilkan siswa yang egois, yang hidup untuk dunianya sendiri (tidak bersosialisasi).

Thomas Alva Edison masuk sekolah pada umur tujuh tahun tapi tiga bulan kemudian dikeluarkan karena dianggap bodoh oleh gurunya. Ia pernah menjadi pedagang asongan yang menjual koran, permen, kacang, dan kue di kereta api. Selama hidupnya ia telah menemukan 3000 penemuan. Ia melakukan berbagai eksperimen dengan cara trial dan error. Ia menjadi orang hebat karena ia berani mencoba dan berani gagal.

Selasa, 05 Agustus 2008

Contextual Teaching and Learning

Elaine B. Johnson mengatakan: “Jika otak hanya belajar, mengutip dan berlatih, ngebut sebelum ujian, maka dalam waktu 14 sampai 18 jam otak akan melupakan sebagian besar informasi baru tersebut”

Pendidikan tradisional menekankan penguasaan dan manipulasi isi. Para siswa menghafalkan fakta, angka, nama, tanggal, tempat, dan kejadian; mempelajari mata pelajaran secara terpisah satu sama lain; dan berlatih dengan cara yang sama untuk memperoleh kemampuan dasar menulis dan berhitung. Pendidikan tradisional dipengaruhi oleh pandangan yang muncul pada abad ke-18 bahwa kenyataan terdiri dari objek-objek yang bebas. Dalam pandangan ini pembelajaran teoritis dipisahkan dengan pembelajaran praktis, di mana pembelajaran teoritis dianggap lebih tinggi tingkatannya dibanding pembelajaran praktis.Pendidikan tradisional bertujuan mengajari kepala, bukan tubuh. Mereka mengajak para siswa untuk menyerap, tetapi tidak menggunakan; mendengar, tetapi tidak bertindak; berteori tetapi tidak mempraktikan. Tugas para siswa adalah mengingat fakta dan gagasan, bukan mengalami gagasan itu dalam tindakan.

Pandangan baru yang dikembangkan oleh ilmu pengetahuan modern melihat kenyataan sebaliknya, yaitu kenyataan timbul dari kesaling-terhubungan antarobjek. Dari hubungan-hubungan tersebut terciptalah kenyataan. Bisa dikatakan hubungan-hubungan adalah kenyataan. Pandangan modern terhadap kenyataan ini menggarisbawahi pentingnya hubungan-hubungan dalam pengalaman manusia. Tujuan utama pendidikan pada abad ke-21 adalah untuk mempersiapkan anak agar dapat hidup mandiri, produktif, dan bertanggung jawab.

Pesan pokok dari Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah ’learning by doing’ menyebabkan kita membuat keterkaitan-keterkaitan yang menghasilkan makna, dan ketika kita melihat makna, kita menyerap dan menguasai pengetahuan dan ketrampilan. CTL menghilangkan pemisahan antara pembelajaran teoritis dan praktis. CTL memadukan gagasan dan tindakan, mengetahui dan melakukan, berpikir dan bertindak.

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya. CTL cocok dengan cara otak berfungsi. CTL adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. Otak mencari makna dan ketika otak menemukan makna, ia belajar dan ingat.

Ada tiga prinsip ilmiah dalam CTL, yaitu prinsip kesaling-bergantungan, prinsip diferensiasi, dan prinsip pengaturan diri. Prinsip kesaling-bergantungan menuntun pada penciptaan hubungan, bukan isolasi. Prinsip diferensiasi menyatakan bahwa setiap orang adalah unik, tidak sama. Kesamaan akan membuat hidup jadi datar dan gersang. Tanpa prinsip diferensiasi, alam semesta akan menjadi gumpalan sejenis yang rapuh dan siap runtuh. Prinsip pengaturan-diri mengungkapkan bahwa segala sesuatu diatur oleh diri sendiri, dipertahankan oleh diri sendiri, dan disadari oleh diri sendiri. Prinsip pengaturan-diri meminta para pendidik untuk mendorong setiap siswa untuk mengeluarkan seluruh potensinya.

CTL terdiri dari delapan komponen: Membuat Keterkaitan yang Bermakna, Pembelajaran Mandiri, Melakukan Pekerjaan yang Berarti, Bekerjasama, Berpikir Kritis dan Kreatif, Membantu Individu untuk Tumbuh & Berkembang, Mencapai Standar yang Tinggi, dan Menggunakan Penilaian Autentik.

1) Membuat Keterkaitan yang Bermakna.
Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah jantung dari CTL. Ketika murid dapat mengaitkan isi dari mata pelajaran akademik seperti matematika, ilmu pengetahuan alam, atau sejarah dengan pengalaman mereka sendiri, mereka menemukan makna, dan makna memberi mereka alasan untuk belajar.
2) Pembelajaran Mandiri.
Pembelajaran mandiri membutuhkan pengamatan aktif dan mandiri. Pembelajaran mandiri memberi kebebasan kepada siswa untuk menemukan bagaimana kehidupan akademik sesuai dengan kehidupan mereka sehari-hari. Pembelajaran mandiri memberikan antusiasme yang sama pada anak-anak dari TK hingga universitas. Bebas menggambarkan gagasan, minat dan bakat mereka, para siswa bersemangat mengajukan pertanyaan, mengadakan penyelidikan, dan melakukan berbagai percobaan.
3) Melakukan Pekerjaan yang Berarti.
Pekerjaan yang memiliki tujuan, berguna untuk orang lain, yang melibatkan proses menentukan pilihan, dan menghasilkan produk, nyata atau tidak nyata.
4) Bekerjasama.
Membantu siswa bekerja dengan efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bahwa apa yang mereka lakukan memengaruhi orang lain; membantu mereka berkomunikasi dengan orang lain.
5) Berpikir Kritis & Kreatif.
Menganalisis, melakukan sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan, menggunakan logika dan bukti.
6) Membantu Individu untuk Tumbuh & Berkembang.
Tahu, memberi perhatian, dan meletakkan harapan yang tinggi untuk setiap anak. Memotivasi dan mendorong setiap siswa. Siswa tidak dapat sukses tanpa dukungan dari orang dewasa. Para siswa menghormati teman sebayanya dan orang dewasa.
7) Mencapai Standar yang Tinggi.
Mengidentifikasi tujuan yang jelas dan memotivasi siswa untuk mencapainya. Menunjukkan kepada mereka cara untuk mencapai keberhasilan.
8) Menggunakan Penilaian Autentik.
Penilaian autentik berfokus pada tujuan, melibatkan pembelajaran secara langsung, mengharuskan membangun keterkaitan dan kerjasama, dan menanamkan tingkat berpikir yang lebih tinggi. Pengujian standar (ujian nasional, ulangan umum, dll.) dan penilaian dalam bentuk angka bersifat ekslusif dan sempit, sementara penilaian autentik bersifat inklusif.

CTL adalah sebuah metode belajar mengajar terbaru dan paling mutakhir yang sesuai dengan cara kerja otak manusia. Sistem CTL berhasil karena sistem ini meminta siswa untuk bertindak dengan cara yang alami bagi manusia.

Mind Map: Definisi

Tony Buzan: Mind Map adalah sistem penyimpanan dan penarikan data (informasi) yang sangat luar biasa yang terdapat di dalam otak kita.

Secara umum mind map dapat diartikan sebagai suatu alternatif pemikiran keseluruhan otak terhadap pemikiran yang terputus-putus. Dalam arti, mind map merupakan suatu cara berpikir yang menghubungkan satu subjek dengan subjek yang lain kemudian menghimpunnya menjadi satu kesatuan yang utuh. Secara khusus, mind map adalah suatu bentuk atau cara menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak secara visualisasi. Dengan kata lain, mind map adalah cara memetakan pikiran-pikiran kita secara tergambar atau kasat mata (menggunakan gambar dan warna).

Dengan mind map, setiap potong informasi baru yang kita masukan ke otak kita otomatis dikaitkan ke semua informasi yang sudah ada di sana. Semakin banyak ingatan yang melekat pada setiap potong informasi dalam kepala kita, akan semakin mudah kita mengaitkan ke luar.

Otak: Cara Bekerjanya

Pada paruh pertama abad ke-20 ditemukan bahwa jumlah sel otak bukan saja beberapa juta melainkan satu triliun (1.000.000.000.000). 1687 kali jumlah manusia di planet ini. Makna dari jumlah ini sangat luas, bahkan setiap sel hanya dapat melakukan beberapa aktivitas mendasar. Tetapi, jika setiap sel otak beraktivitas maka jumlah mereka akan membawa kita kedalam realisme yang nyaris supranatural.

Cara Kerja Otak
Sel otak beraktivitas dengan membentuk kaitan (hubungan) yang sangat kompleks. Pertama-tama, kaitan-kaitan ini terbuat ketika cabang utamanya membuat ribuan hubungan dengan cabang dari ribuan sel otak lainnya.

Di dalam otak terdapat beberapa bagian yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda-beda, antara lain: Batang otak: penyangga kehidupan, misalnya ia memberikan ruang untuk pernapasan dan laju denyut jantung. Serebelum: disebut otak kecil, menyimpan ingatan untuk respons-respons dasar yang telah dipelajari. Serebrum: disebut korteks serebral, bagian terbesar dari otak dan bertanggung jawab atas berbagai ketrampilan termasuk ingatan, pemahaman, komunikasi (bicara), pembuatan keputusan, dan kreativitas. Area terpenting otak yang perlu dipahami dalam mengenali kekuatan otak adalah serebrum, atau sering disebut sebagai otak kiri dan kanan.

Otak: Serebrum

Otak Kiri:
Kata, logika, angka, urutan, linieritas, analisis, daftar.

Otak Kanan:
Irama, kesadaran ruang, dimensi, imajinasi, melamun, warna, kesadaran holistik.

Serebrum dapat dikatakan sebagai bagian terakhir dari otak yang dapat berkembang. Bila seseorang memiliki kelemahan pada area tertentu, kemudian ia dilatih oleh pakar, maka kekuatannya pada area tersebut akan meningkat. Contohnya: Seseorang yang lemah dalam ketrampilan menggambar, kemudian dilatih menggambar dan melukis, maka kinerja akademisnya akan meningkat secara menyeluruh, terutama pada bidang seperti geometri dimana persepsi dan imajinasi berperan penting.

Sayangnya, sistem pendidikan yang ada sekarang ini memiliki kecenderungan untuk lebih memilih ketrampilan-ketrampilan otak kiri -matematika, bahasa, dan ilmu pengetahuan- daripada seni, musik, dan ketrampilan berpikir secara kreatif. Pada akhirnya, ketika kita hanya berfokus pada setengah bagian otak, maka sistem pendidikan kita hanya menciptakan orang-orang yang setengah pintar.

Perlu diketahui, bahwa otak bekerja secara sinergis, yakni ketika informasi diterima maka aktivitas otak kiri dan kanan saling bekerja. Selain itu, otak juga melakukan aktivitas pengulangan. Otak dapat mengingat objek denga baik ketika ia terus melakukan proses pengulangan. Contoh, Jika "X" adalah ingatan; semakin baik kita melatih penggunaan ingatan, maka semakin mudah kita mengingat. Jika, "X" adalah kreativitas; semakin kita berlatih menjadi kreatif, maka semakin banyak kita akan mencipta dan pemikiran kratif akan semakin mudah.

Mind Map disebut sebagai alat yang ramah otak karena mind map melibatkan kedua sisi otak. Ia melibatkan gambar, warna, dan imajinasi (wilayah otak kanan) bersamaan dengan kata, angka, dan logika (wilayah otak kiri). Mind map dapat membantu otak membuat pengertian dan imajinasi melalui asosiasi (hubungan).

Kegagalan dan Keberhasilan dalam Mind Map

Pola kerja otak antara lain dapat melakukan pengulangan guna menyimpan ingatan yang lebih baik.Pertanyaan praktis. Apakah setiap orang pernah mengalami kegagalan? Tentu saja. Apakah setiap orang memiliki lebih dari satu kegagalan? Tentu saja. Apakah setiap orang pernah melakukan kesalahan yang sama? Tentu saja.Kegagalan merupakan reaksi global, namun banyak ditemui kegagalan selalu ditandai dengan dampak negatif, antara lain penurunan motivasi, kecil hati, malu, dan sebagainya. Pribadi-pribadi yang mengalami situasi ini seringkali menyerah dan menyimpulkan bahwa kegiatan yang gagal dilakukannya itu bukanlah untuk mereka.

Ciri pembelajaran yang benar terhadap kegagalan = TEFCAS
Trial - Percobaan
Kemajuan pembelajaran ditandai oleh jumlah percobaan yang kita lakukan.

Event - Peristiwa
Jika kita mencoba, selalu akan ada sebuah peristiwa. Peristiwa yang tidak terelakan ini akan memberi kita:

Feedback - Umpan Balik
Otak kita akan menyerap setiap informasi yang ada pada peristiwa itu pada tingkat sadar dan pra-sadar. Dengan masuknya semua umpan balik ini, maka otak kita kemudian:

Check - Memeriksa
Mengintrospeksi terhadap respon yang diterima, setelah itu....

Adjust - Menyesuaikan
Kita akan melakukan apa yang kita anggap sebagai penyelarasan yang tepat untuk percobaan selanjutnya.

Success - Sukses
Apapun yang kita lakukan, tujuan otak kita diarahkan kepada aspek positif, yakni keberhasilan atau sukses melakukannya.

Albert Einstein mengatakan: "Orang yang tidak pernah melakukan kesalahan, tidak pernah mencoba sesuatu yang baru"

Landasan TEFCAS
Hal yang mendasari sistem TEFCAS sebagai pembelajaran yang benar terhadap kegagalan adalah ketekunan. Dibutuhkan ketekunan untuk melakukan aktivitas secara terus-menerus hingga mencapai tujuan yang diinginkan.

Senin, 04 Agustus 2008

Memperoleh Pikiran Kreatif dengan Mind Map

Apa yang dibutuhkan untuk memunculkan ide-ide terbaik? Kreativitas. Apakah Kreativitas itu? Kreativitas adalah kemampuan berpikir dengan cara baru - menjadi orisinil. Pemikiran kreatif termasuk:Kefasihan - Seberapa cepat dan seberapa mudah kita melepaskan ide-ide baru yang kreatif.Fleksibilitas - Kemampuan kita melihat sesuatu dari sudut pandang lain, mempertimbangkan sesuatu dari sudut pandang berlawanan, mengambil konsep-konsep lama dan mengaturnya kembali dalam cara yang baru.Orisinalitas - Kemampuan kita menghasilkan ide-ide yang unik, tidak biasa, eksentrik (menjauh dari pusat), asli.

Mind Map dapat mendorong kita memiliki pikiran yang kreatif. Dalam hal ini Mind Map berfungsi memberi asosiasi atau kegunaan suatu tema bagi sub-sub tema yang lain dan berpikir ke luar batas dengan menggunakan imajinasi.Bila kita sungguh-sungguh ingin membuat lompatan ke depan dan memajukan daya ingat kita, maka kita perlu menggunakan imajinasi dan asosiasi secara aktif ketika kita ingin mengingat sesuatu.

Peran Penting Istirahat Belajar.
Hal yang tak kalah penting yakni kita akan lebih mudah mengingat informasi jika kita istirahat secara teratur di antara periode belajar. Selama istirahat otak akan secara alami memadukan apa yang telah dipelajarinya dan otomatis membangun peta pikiran internal.

Mind Map: Kekuatan Fisik Menunjang Kekuatan Mental

Penelitian dan penemuan-penemuan dalam bidang psikologi dan kedokteran menyatakan bahwa orang-orang yang aktif secara fisik memiliki ketrampilan mental yang lebih baik daripada mereka yang tidak bugar.

Beberapa teori menyatakan bahwa sikap tubuh yang tidak sempurna, seperti posisi duduk yang sembarangan, posisi tidak berdiri tegak, dan sebagainya dapat menyebabkan penyempitan aliran darah ke otak, kemudian kurangnya asupan oksigen ke paru-paru, jantung dan otak, sehingga menyebabkan konsentrasi kurang maksimal, kemampuan mengingat menjadi tidak baik, dan sebagainya.

Oleh karena itu, dibutuhkan senam kebugaran (aerobik), berenang, berlari, berjalan cepat dan sebagainya. Manfaat yang diperoleh, yaitu kebugaran otak kita- Mens sana in corpore sano- akal yang sehat di dalam tubuh yang sehat. Bila tubuh kita bugar maka kinerja otak juga membaik.
Manfaat psikologis yang diperoleh adalah cenderung lebih percaya diri, optimis, teguh, pada umumnya lebih mencintai pekerjaan dan profesi mereka, memiliki tingkat energi yang lebih tinggi, dan semangat hidup yang lebih tinggi.

Kualitas makanan menentukan Intellectual Quatient dan Emotional Quatient seseorang, dengan kata lain, kandungan nutrisi pada makanan sangat berpengaruh pada tumbuh kembang mental dan kecerdasan seseorang. Selain itu, waktu istirahat yang cukup sangat berguna bagi sistem penyimpanan data atau informasi yang diserap oleh otak. Otak akan mampu menyerap lebih banyak lagi informasi yang diterima bila otak mengalami waktu rehat.