Selasa, 09 September 2008

Kebebasan & Disiplin 2

Kebebasan memiliki batasan dan aturan. Di rumah anak-anak menuntut agar diberi kebebasan oleh orang tua mereka. Di sekolah pun demikian. Kita sering dibuat bingung oleh tingkah laku anak (didik) kita yang suka melawan dan membangkang. Kadang kita dibuat marah dan terpaksa menghukum anak karena perbuatan mereka selalu melanggar aturan. Mereka seolah-olah tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh.

Tahukah Anda mengapa anak-anak berperilaku buruk? Mengapa mereka membangkang? Di rumah Anda tidak mampu menghadapinya, di sekolah pun guru-guru tidak kuasa mengaturnya. Tapi tidak jarang kita melihat ada orang yang mampu mengatasi mereka. Orang tersebut mampu mengendalikan anak-anak kita dan mereka mendengar apa yang dikatakannya. Kenapa orang tersebut dapat melakukannya, sementara Saya sebagai orang tuanya (guru) tidak? Anda bertanya-tanya mengapa bisa demikian?

Sebenarnya permasalahan yang sering terjadi di atas ada jawabannya. Jawaban tersebut sudah sering kita dengar dan lakukan. Jawaban dari permasalahan di atas adalah “DISIPLIN”. “Ah, Saya bosan mendengar kata itu. Buktinya anak Saya tetap saja nakal, membangkang, dan bertingkah yang aneh-aneh” begitu kira-kira tanggapan Anda. Saya bisa memahami apa yang Anda rasakan karena yang Anda rasakan dan alami itu dirasakan juga oleh banyak orang di dunia ini.

Disiplin berasal dari bahasa Latin- disiplina –yang berarti mengajar, yang bersifat positif dan konstruktif. Murid-murid Yesus dalam bahasa Inggris disebut Disciples (Rasul). Kata disciples diambil dari kata disiplina. Pengertian disiplin di atas telah mengalami pendangkalan makna (sama halnya dengan istilah freedom). Sangat disayangkan disiplin sering digunakan dengan cara yang negatif dan otoriter. Disiplin dianggap sebagai penghalang kebebasan oleh sebagian orang, khususnya murid-murid sekolah.

Banyak orang menganggap disiplin berarti hukuman dan sikap yang sangat kaku, sehingga banyak yang menghindari menggunakan istilah tersebut. Disiplin bukan berarti hukuman. Disiplin juga bukan berarti sikap yang sangat kaku. Bahwa orang-orang yang menerapkan kedisiplinan kebanyakan berperilaku seperti itu adalah hal lain. Tidak dapat dimungkiri bahwa selama ini orang-orang yang menerapkan disiplin adalah orang-orang yang otoriter, kita lihat contohnya di militer. Banyak kepala sekolah, guru, dan orang tua yang berlaku otoriter, tapi menggunakan istilah disiplin. Ini adalah sebuah pemutarbalikkan makna.

Ada kisah yang menarik dari seorang Michael Jackson. Beberapa tahun lalu ia bercerita bagaimana bapaknya mendidik ia dan saudara-saudaranya dengan keras, bahkan sangat keras. Bapaknya memang menginginkan agar anak-anaknya sukses. Di mata Michael Jackson bapaknya adalah seorang yang kejam, yang berusaha mendidik anak-anaknya untuk disiplin tapi tindakan yang dilakukannya adalah perbuatan yang kaku dan otoriter. Beberapa kasus membuktikan bahwa sikap orang tua yang sangat keras pada anak-anak mereka di waktu kecil berakibat pada penyimpangan seksual mereka di usia dewasa. Bagi anak laki-laki kecenderungannya adalah menjadi bencong (waria) atau gay.

Tidak ada komentar: