"Menciptakan lingkungan belajar yang aman dan menyenangkan serta menyediakan sarana belajar yang diperlukan siswa untuk meraih keunggulan sesuai dengan potensi dan bakatnya masing-masing" (Misi Sekolah Hati Suci-Tanah Abang)
Kita sering mendengar berita tentang tingginya angka frustasi siswa dalam kegiatan belajar di sekolah. Bahkan banyak siswa yang tertekan (stress) karena beban pelajaran di sekolah yang begitu berat. Siswa belajar karena ia merasa terpaksa untuk belajar demi mengejar nilai yang tinggi. Padahal seharusnya siswa belajar karena memang ia senang untuk belajar. Kegiatan belajar merupakan sebuah kegiatan yang tidak bisa dipaksakan walaupun kita bisa mengkondisikannya. Tantangan yang muncul dari pernyataan tersebut adalah bagaimana para guru melakukan inovasi agar siswa menyenangi dan sadar akan pentingya belajar.
Kak Seto Mulyadi dalam Semiloka Membangun Budaya Membaca dengan Bahasa Indonesia yang diadakan oleh Koran Anak Berani mengatakan bahwa siswa membutuhkan suasana belajar yang menyenangkan, bukan dengan cara-cara kaku atau terlalu serius seperti orang-orang dewasa.
Katanya lagi, selama ini pengertian belajar hanya ditekankan pada sisi kewajiban bukan pada hak anak yang harus dipenuhi oleh lingkungan dengan cara-cara yang tepat. Ini semua merupakan pelanggaran atas UU Perlindungan Anak. Siswa dibebani berbagai macam pelajaran dan PR yang membuat mereka tertekan. Menurut Kak Seto kegiatan belajar yang dilakukan dengan cara terpaksa dan penuh kekerasan selain tidak efektif juga akan kontra-produktif dan menghasilkan siswa-siswa pengidap school phobia.
Kondisi siswa yang demikian tidak beda jauh dengan gurunya. Guru seharusnya memiliki banyak waktu untuk berkreasi dan berinovasi dalam proses belajar-mengajar di sekolah. Kondisi pendidikan kita saat ini bahkan mematikan kreativitas dan kemampuan beinovasi guru dikarenakan berbagai tugas rutin yang tidak memiliki hubungan langsung dengan keberhasilan siswa dalam belajar dan pengembangan kemampuan guru itu sendiri. Waktu yang dimiliki guru habis hanya untuk mengerjakan tugas-tugas rutin tersebut. Guru dan siswa terjebak dalam suatu rutinitas. Rutinitas hanya akan menghasilkan kejenuhan yang pada akhirnya membuat orang frustasi dan stres.
Tugas seorang guru tidak hanya mendidik dan mengajar, tetapi ia juga harus terus belajar. Disela-sela waktu mengajar, guru harus menyediakan waktu untuk membaca. Yang harus diwaspadai adalah jangan sampai waktu luang tersebut digunakan untuk ngobrol apalagi meng-gossip. Memang, kebiasaan membaca orang Indonesia masih sangat rendah dibanding dengan kebiasaan berbicara.
Kompas, 26 November 2007 dalam tulisannya tentang guru profesional mengatakan: "guru profesional adalah guru yang mau mengembangkan dirinya dan mau berubah ke arah yang lebih baik. Meski dalam UU Guru dan Dosen dikatakan bahwa guru harus mempunyai kompetensi kepribadian, pedagogik, dan profesional, di era ilmu pengetahuan dan teknologi guru harus mau mengubah pola pikir".
Paradigma lama yang diterapkan dalam dunia pendidikan Indonesia selama ini memang harus dibuang jauh-jauh. Kemajuan dunia saat ini menuntut kita untuk melakukan suatu terobosan baru agar kita bisa survive dalam menghadapi tantangan. Memasuki era globalisasi kita diperhadapkan dengan kenyataan bahwa pendidikan kita tertinggal jauh dibanding negara-negara lain. Itulah sebabnya mengapa sekarang pemerintah mempersiapkan guru-guru internasional dan mengembangkan sekolah-sekolah plus bertaraf internasional (Kompas, 27 November 2007).
Pada hari yang sama Kompas juga mengangkat berita tentang sekolah yang menerapkan "entrepreneurship", yaitu sekolah yang mengajarkan anak didiknya tentang semangat, jiwa dan ketrampilan dari wirausahawan yang ingin tetap terus maju, berkembang, dan mandiri. Ternyata Amerika pada tahun 2006 sampai mengeluarkan resolusi yang menetapkan pentingnya pendidikan "entrepreneurship" bagi generasi mudanya.
Apa artinya berita tersebut bagi Sekolah Hati Suci? Sekolah Hati Suci sudah menyadari pentingnya pendidikan "entrepreneurship" jauh sebelum berita di Kompas tersebut dimuat. Sebagai guru Hati Suci, kita semua wajib menjalankan misi sekolah kita.
Jadi, belajar bukanlah sebuah tindakan yang dipaksa, melainkan tindakan yang menuntut kerelaan seseorang untuk melakukannya karena ia senang dan sadar akan pentingnya belajar. Kegiatan belajar harus bisa membuat orang senang untuk melakukannya, bukan sebaliknya menjadi tertekan karenanya. Belajar bukan hanya dilakukan oleh siswa tapi juga oleh guru. Kegiatan belajar juga harus mampu menghasilkan siswa-siswa yang berjiwa "entrepreneurship". Memiliki jiwa "entrepreneurship" berarti memiliki semangat belajar dan pantang menyerah. Bila belajar menjadi sebuah kegiatan yang menyenangkan, maka proses belajar dengan sendirinya berlangsung terus-menerus seumur hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar