Selasa, 05 Agustus 2008

Contextual Teaching and Learning

Elaine B. Johnson mengatakan: “Jika otak hanya belajar, mengutip dan berlatih, ngebut sebelum ujian, maka dalam waktu 14 sampai 18 jam otak akan melupakan sebagian besar informasi baru tersebut”

Pendidikan tradisional menekankan penguasaan dan manipulasi isi. Para siswa menghafalkan fakta, angka, nama, tanggal, tempat, dan kejadian; mempelajari mata pelajaran secara terpisah satu sama lain; dan berlatih dengan cara yang sama untuk memperoleh kemampuan dasar menulis dan berhitung. Pendidikan tradisional dipengaruhi oleh pandangan yang muncul pada abad ke-18 bahwa kenyataan terdiri dari objek-objek yang bebas. Dalam pandangan ini pembelajaran teoritis dipisahkan dengan pembelajaran praktis, di mana pembelajaran teoritis dianggap lebih tinggi tingkatannya dibanding pembelajaran praktis.Pendidikan tradisional bertujuan mengajari kepala, bukan tubuh. Mereka mengajak para siswa untuk menyerap, tetapi tidak menggunakan; mendengar, tetapi tidak bertindak; berteori tetapi tidak mempraktikan. Tugas para siswa adalah mengingat fakta dan gagasan, bukan mengalami gagasan itu dalam tindakan.

Pandangan baru yang dikembangkan oleh ilmu pengetahuan modern melihat kenyataan sebaliknya, yaitu kenyataan timbul dari kesaling-terhubungan antarobjek. Dari hubungan-hubungan tersebut terciptalah kenyataan. Bisa dikatakan hubungan-hubungan adalah kenyataan. Pandangan modern terhadap kenyataan ini menggarisbawahi pentingnya hubungan-hubungan dalam pengalaman manusia. Tujuan utama pendidikan pada abad ke-21 adalah untuk mempersiapkan anak agar dapat hidup mandiri, produktif, dan bertanggung jawab.

Pesan pokok dari Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah ’learning by doing’ menyebabkan kita membuat keterkaitan-keterkaitan yang menghasilkan makna, dan ketika kita melihat makna, kita menyerap dan menguasai pengetahuan dan ketrampilan. CTL menghilangkan pemisahan antara pembelajaran teoritis dan praktis. CTL memadukan gagasan dan tindakan, mengetahui dan melakukan, berpikir dan bertindak.

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya. CTL cocok dengan cara otak berfungsi. CTL adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. Otak mencari makna dan ketika otak menemukan makna, ia belajar dan ingat.

Ada tiga prinsip ilmiah dalam CTL, yaitu prinsip kesaling-bergantungan, prinsip diferensiasi, dan prinsip pengaturan diri. Prinsip kesaling-bergantungan menuntun pada penciptaan hubungan, bukan isolasi. Prinsip diferensiasi menyatakan bahwa setiap orang adalah unik, tidak sama. Kesamaan akan membuat hidup jadi datar dan gersang. Tanpa prinsip diferensiasi, alam semesta akan menjadi gumpalan sejenis yang rapuh dan siap runtuh. Prinsip pengaturan-diri mengungkapkan bahwa segala sesuatu diatur oleh diri sendiri, dipertahankan oleh diri sendiri, dan disadari oleh diri sendiri. Prinsip pengaturan-diri meminta para pendidik untuk mendorong setiap siswa untuk mengeluarkan seluruh potensinya.

CTL terdiri dari delapan komponen: Membuat Keterkaitan yang Bermakna, Pembelajaran Mandiri, Melakukan Pekerjaan yang Berarti, Bekerjasama, Berpikir Kritis dan Kreatif, Membantu Individu untuk Tumbuh & Berkembang, Mencapai Standar yang Tinggi, dan Menggunakan Penilaian Autentik.

1) Membuat Keterkaitan yang Bermakna.
Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah jantung dari CTL. Ketika murid dapat mengaitkan isi dari mata pelajaran akademik seperti matematika, ilmu pengetahuan alam, atau sejarah dengan pengalaman mereka sendiri, mereka menemukan makna, dan makna memberi mereka alasan untuk belajar.
2) Pembelajaran Mandiri.
Pembelajaran mandiri membutuhkan pengamatan aktif dan mandiri. Pembelajaran mandiri memberi kebebasan kepada siswa untuk menemukan bagaimana kehidupan akademik sesuai dengan kehidupan mereka sehari-hari. Pembelajaran mandiri memberikan antusiasme yang sama pada anak-anak dari TK hingga universitas. Bebas menggambarkan gagasan, minat dan bakat mereka, para siswa bersemangat mengajukan pertanyaan, mengadakan penyelidikan, dan melakukan berbagai percobaan.
3) Melakukan Pekerjaan yang Berarti.
Pekerjaan yang memiliki tujuan, berguna untuk orang lain, yang melibatkan proses menentukan pilihan, dan menghasilkan produk, nyata atau tidak nyata.
4) Bekerjasama.
Membantu siswa bekerja dengan efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bahwa apa yang mereka lakukan memengaruhi orang lain; membantu mereka berkomunikasi dengan orang lain.
5) Berpikir Kritis & Kreatif.
Menganalisis, melakukan sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan, menggunakan logika dan bukti.
6) Membantu Individu untuk Tumbuh & Berkembang.
Tahu, memberi perhatian, dan meletakkan harapan yang tinggi untuk setiap anak. Memotivasi dan mendorong setiap siswa. Siswa tidak dapat sukses tanpa dukungan dari orang dewasa. Para siswa menghormati teman sebayanya dan orang dewasa.
7) Mencapai Standar yang Tinggi.
Mengidentifikasi tujuan yang jelas dan memotivasi siswa untuk mencapainya. Menunjukkan kepada mereka cara untuk mencapai keberhasilan.
8) Menggunakan Penilaian Autentik.
Penilaian autentik berfokus pada tujuan, melibatkan pembelajaran secara langsung, mengharuskan membangun keterkaitan dan kerjasama, dan menanamkan tingkat berpikir yang lebih tinggi. Pengujian standar (ujian nasional, ulangan umum, dll.) dan penilaian dalam bentuk angka bersifat ekslusif dan sempit, sementara penilaian autentik bersifat inklusif.

CTL adalah sebuah metode belajar mengajar terbaru dan paling mutakhir yang sesuai dengan cara kerja otak manusia. Sistem CTL berhasil karena sistem ini meminta siswa untuk bertindak dengan cara yang alami bagi manusia.

Tidak ada komentar: