Thomas Alva Edison pernah mengatakan: "Aku belum gagal, aku hanya menemukan 10.000 cara yang belum sempurna." (I have not failed. I've just found 10.000 ways that won't work). Pernyataan ini hendak mengatakan kepada kita bahwa kehidupan merupakan sebuah kenyataan yang multidimensi. Itu berarti dalam mengatasi masalah yang muncul dalam hidup hendaknya kita tidak hanya menggunakan satu cara saja. Beranilah mencoba mencari cara baru, jangan takut gagal dan mudah menyerah. Kalau cara-cara atau metode lama tidak berhasil menyelesaikan suatu masalah, gunakan cara-cara baru. Cara-cara lama yang sudah usang tidak akan mampu lagi digunakan untuk menyelesaikan masalah yang semakin kompleks. Disinilah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah (problem solving) diuji. Kegagalan merupakan buah dari ketidakberanian untuk mencoba dan takut berbuat salah.
Kesuksesan yang dicapai Thomas Alva Edison dan juga orang-orang terkenal lainnya tidak hanya ditentukan oleh kepintaran mereka dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga kemampuan dalam mengelola segala potensi yang mereka miliki. Orang yang pintar belum tentu sukses, tetapi seorang yang sukses sudah pasti pintar. Tantowi Yahya dibayar lebih dari Rp 50 juta untuk membawakan acara yang berdurasi dua jam. Kepintarannya dalam berbicara di muka umum (public speaking) telah menjadikannya seorang MC atau presenter yang sangat terkenal di Indonesia saat ini. Kemampuan yang sama dimiliki oleh Bung Karno juga telah mengantarnya menjadi salah seorang pemimpin dunia yang disegani.
Memiliki kecerdasan akademis tidaklah cukup untuk menjadikan kita seorang yang sukses. Seseorang juga harus memiliki kecerdasan sikap, kreativitas, dan kemampuan memecahkan masalah. Semua itu merupakan bagian dari apa yang dinamakan dengan life skills, yaitu sekumpulan kemampuan yang dapat membantu seseorang mencapai tujuan hidup yang dicita-citakannya. Life skills merupakan bekal seseorang dalam menyiasati kesulitan kehidupan yang dialaminya dan juga membantu seseorang dalam mengelola kehidupannya sehari-hari. Ia bersumber pada tanggung jawab seseorang akan masa depannya dan bahwa kehidupan yang dijalaninya haruslah digerakan oleh tujuan.
Life skills diperoleh melalui proses belajar dalam kehidupan sehari-hari. Nietzche mengatakan bahwa pengalaman-pengalaman yang paling mendidik adalah apa yang didapat dari kehidupan sehari-hari (the most instructive experiences are those of everyday life). Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat belajar dan mempraktekan secara langsung tentang kepemimpinan, tanggung jawab, pengambilan keputusan, kemampuan memecahkan masalah, kreativitas, keberanian bertindak, kerjasama, sikap menghormati dan menghargai, berpikir positif, bersikap jujur, sikap fair, kepedulian, ketabahan (perseverance), kepercayaan, berkarya, bersosialisasi, dll. Jadi, life skills sebenarnya merupakan bentuk pengembangan bakat dan character building seseorang.
Kecerdasan akademis merupakan modal utama seseorang untuk masa depannya, tapi life skills merupakan modal utama seseorang dalam mencapai kesuksesan. Untuk menjadi seorang yang cerdas secara akademis, sekolah menjadi tempat yang tepat untuk memperolehnya. Dan untuk menjadi seorang yang sukses, pengalaman dalam kehidupan sehari-hari adalah guru yang tepat.
Sekolah yang baik adalah sekolah yang tidak hanya mengejar prestasi akademis semata, tapi juga membekali siswa-siswinya dengan ketrampilan hidup (life skills). Prestasi akademis tanpa didukung oleh life skills hanya akan menghasilkan siswa yang egois, yang hidup untuk dunianya sendiri (tidak bersosialisasi).
Thomas Alva Edison masuk sekolah pada umur tujuh tahun tapi tiga bulan kemudian dikeluarkan karena dianggap bodoh oleh gurunya. Ia pernah menjadi pedagang asongan yang menjual koran, permen, kacang, dan kue di kereta api. Selama hidupnya ia telah menemukan 3000 penemuan. Ia melakukan berbagai eksperimen dengan cara trial dan error. Ia menjadi orang hebat karena ia berani mencoba dan berani gagal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar