Sekali lagi disiplin berarti mengajar hal-hal yang bersifat positif dan konstruktif. Disiplin dimulai dari rumah. Bila anak-anak tidak disiplin di rumah, maka dapat dipastikan ia tidak disiplin di sekolah. Pendidikan dan kedisiplinan bagaikan dua sisi mata uang. Milton R. Sapirstein mengatakan: “Education like neurosis, begins at home” (pendidikan seperti halnya penyimpangan perilaku, dimulai dari rumah). Bagaimana anak di rumah, begitulah ia di sekolah. Bila anak di rumah biasa berteriak-teriak, maka di sekolahpun ia akan berteriak-teriak. Bila anak di rumah biasa berbantah-bantahan, maka di sekolahpun ia akan berbantah-bantahan. Jadi mendidik dan mendisiplinkan anak harus dimulai dari rumah. Orang tua turut juga berperan dalam mendidik anak. Tanggung jawab mendidik anak tidak sepenuhnya berada di pundak sekolah, karena waktu yang dihabiskan anak di sekolah hanya berkisar 7-8 jam sehari, sisanya di rumah.
Dr. John Pearce dalam bukunya Bagaimana Mengatasi Perilaku yang Buruk mengatakan: “Bila orang tua tidak dapat bersepakat mengenai di mana garis (maksudnya garis di antara perilaku yang baik dan yang buruk)tersebut harus ditarik, maka tidak akan mengherankan apabila anak-anak menjadi membangkang karena mereka tidak tahu apa yang diharapkan dari mereka. Anak-anak perlu mempunyai pengertian yang sangat jelas mengenai apa persisnya yang diminta, kalau tidak mereka akan membuat peraturan mereka sendiri dan mengerjakan apa saja yang mereka inginkan” (Pearce, 1990:15). Dalam suatu kesempatan bercakap-cakap Pak Sumantri, guru Fisika SMP, menasehati penulis untuk tidak membiarkan anak-anak mengendalikan situasi di kelas.
Mendidik anak-anak untuk berdisiplin berarti mencurahkan cinta kasih kita kepada mereka dengan cara memberi mereka perhatian. Mungkin selama ini anak-anak kita kurang mendapatkan perhatian dan cinta kasih kita sehingga mereka bertindak yang aneh-aneh. Cinta kasih hanya dapat dibuktikan melalui sebuah tindakan atau melalui contoh yang berasal dari hati, melakukannya dengan sentuhan hati.
Disiplin tidak hanya sekedar mematuhi perintah dan aturan-aturan baku lalu menghukum atau memberi sanksi bagi yang melanggar. Tindakan seperti itu hanya akan menjerumuskan kita kepada hal-hal yang bersifat normatif. Siapa yang salah dan melanggar harus dihukum. Sifat normatif sudah pasti mengabaikan alasan-alasan, motif, atau latar belakang mengapa seseorang berbuat kesalahan, membangkang atau bertindak yang aneh-aneh. Bisa saja seorang anak berbuat salah karena ia tidak tahu bahwa apa yang dilakukannya salah. Sikap yang normatif akan menjerumuskan kita pada sifat menghakimi. Saat kita menghakimi orang saat itulah kasih tidak ada dalam diri kita.
Disiplin berarti mengajarkan anak untuk mengerti apa artinya kebebasan dan bagaimana mempertanggung jawabkan kebebasan tersebut. Disiplin berarti memberikan pemahaman mengapa sebuah tindakan boleh dilakukan sedangkan yang lain tidak boleh. Memberikan mereka kebebasan untuk memilih sekaligus memberitahu mereka konsekuensi atau resiko yang harus mereka terima atas pilihan tersebut.
“Jadi, bila Anda menginginkan anak Anda berperilaku cukup baik, Anda harus mulai menerapkan disiplin Anda sejak dini…disiplin tidak hanya diperlukan untuk melindungi anak dari bahaya, tetapi juga diperlukan oleh anak untuk masuk dan menjadi anggota masyarakat yang berguna” demikian pesan Dr. John Pearce. Bila Anda ingin belajar tentang disiplin, bacalah Alkitab dan ikutlah teladan Yesus.