Perpustakaan berasal dari kata pustaka yang berarti kitab atau buku. Kata perpustakaan (bibliothek: Jerman; Perancis: bibliotheque; Belanda: bibliotheek) berasal dari kata biblia dari bahasa Yunani yang berarti tentang buku.
Ketika manusia mulai hidup berkelompok dan membentuk kerajaan-kerajaan, tugas-tugas untuk menyimpan dokumen kerajaan dipercayakan pada satu orang pejabat kerajaan dan disediakan ruangan khusus. Kerajaan-kerajaan besar seperti Babilonia, Assyria, Media Persia, Macedonia, dan Romawi memiliki petugas-petugas yang khusus menangani dokumen-dokumen kerajaan ataupun informasi ilmu pengetahuan.
Manusia menggunakan tanah liat atau batu sebagai wadah untuk menulis ketika peradaban pertama kali dimulai. Kemudian orang-orang Mesir menemukan papyrus, yaitu sejenis rumput yang tumbuh di pinggiran sungai Nil, untuk digunakan sebagai wadah menulis. Bahasa Inggris paper dan Perancis papier (kertas) berasal dari kata papyrus tersebut. Papyrus tidak memiliki daya tahan yang kuat, manusia kemudian menemukan wadah tulis yang dinamakan parchment yang terbuaat dari kulit binatang (kambing).
Parchment ditemukan oleh Eumenes dari Pergamum. Parchment (Latin: Pergamenum) diambil dari nama kota Pergamon. Pada saat itu di kota Pergamon didirikan sebuah perpustakaan yang sangat besar untuk menyaingi perpustakaan Alexandria yang sangat terkenal itu. Kota Alexandria adalah penghasil papyrus.
Perpustakaan zaman dahulu merupakan tempat untuk menyimpan dan melestarikan buku. Pada awalnya koleksi perpustakaan hanyalah berupa buku atau bahan-bahan tertulis lainnya. Seiring dengan kemajuan teknologi koleksi perpustakaan tidak lagi hanya sebatas buku, tapi juga terdapat koleksi audio visual.
Di era informasi sekarang ini telah terjadi revolusi besar-besaran dalam pengelolaan perpustakaan. Cara-cara tradisional dan kuno dalam mengelola perpustakaan sudah ditinggalkan. Koleksi-koleksi yang dulu didominasi oleh buku dalam bentuk fisik juga sudah mulai berkurang.
Teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah wajah perpustakaan. Kita menyebut masa sekarang ini sebagai era informasi, era digital. Akibatnya perpustakaan pun kemudian berkembang menjadi perpustakaan digital. Apa itu perpustakaan digital? Secara sederhana perpustakaan digital adalah kumpulan informasi digital yang tertata, disediakan sebagai jasa dengan memanfaatkan jaringan informasi.
Perpustakaan digital memungkinkan kita membaca buku di mana saja dan kapan saja. Hanya dengan bermodalkan komputer dan jaringan internet kita sudah bisa membaca buku koleksi perpustakaan, tanpa perlu mengantri atau berurusan dengan peraturan dan jam buka perpustakaan. Kita dapat memilih buku dari sekian ribu buku yang dikoleksi perpustakaan dengan bebas tanpa berhubungan dengan petugas perpustakaan. Era digital memungkinkan orang-orang di pedalaman Papua, di kota Sidikalang, atau di Jakarta membaca buku koleksi British Library saat tengah malam sekalipun.
Google, salah satu mesin pencari yang tersedia diperkirakan akan mampu men-digitalisasi sepuluh juta buku per tahun. Dan bukan hanya Google saja yang melakukan itu. Microsoft, Yahoo, dan Amazon melakukan hal yang sama guna menyaingi apa yang dilakukan Google.
Library of Congress (LC) adalah perpustakaan yang terbesar di dunia menurut The Guiness Book of World Records. Koleksi Library of Congress (LC) mencapai 29 juta buku dari 130 item. Sedangkan rak buku LC mencapai 850 km panjangnya. Sementara British Library memiliki koleksi 25 juta buku dari 150 item yang ada. Rak buku British Library panjangnya mencapai 625 km. Sebagai gambaran jarak antara Jakarta-Bandung adalah 181 km. Kita bisa bayangkan besarnya koleksi LC.
Dengan koleksi buku yang luar biasa banyaknya tersebut baik LC maupun British Library berhadapan dengan keterbatasan ruangan penyimpanan. Ruang penyimpanan buku merupakan masalah perpustakaan sejak dulu. Dengan alasan itulah, maka sekarang ini banyak perpustakaan besar seperti The British Council mengubah diri menjadi perpustakaan digital.