Tim saya layak mendapat poin ini, bukan karena permainan mereka,
tetapi karena karakter mereka yang membuat perbedaan”
(Jose Mourinho)
Jose Mourinho adalah seorang pelatih sepakbola terkenal. Saat ini ia melatih Inter Milan, klub sepakbola Italia setelah dua tahun lebih melatih Chelsea. Selama dua tahun berturut-turut ia membawa Chelsea meraih juara Premiere League Inggris. Dia menjuluki dirinya sebagai “The Special One”. Di mata sebagian orang ia dikenal sebagai orang yang sombong, angkuh, dan terlalu percaya diri. Tapi bagi para pelatih sepakbola terkenal, Jose Mourinho adalah seorang pelatih yang memiliki karakter yang kuat.
Banyak orang sukses dan terkenal seperti Mourinho di dunia ini. Ada satu rahasia yang dimiliki oleh orang sukses, para tokoh dunia, penemu, dan orang-orang seperti mereka, yaitu karakter atau watak yang kuat. Berikut ini adalah kisah dua orang tokoh yang telah mengubah peradaban dunia. Dari mereka kita dapat belajar banyak tentang apa itu karakter dan bagaimana memiliki karakter seorang pemenang.
Pada suatu pagi Raja Philippus sibuk memilih kuda perang. Di antara kuda yang sedang dipilihnya ada seekor yang besar, kuat, dan bagus. Tapi kuda itu sangat liar. Tak ada satu pun pelatih kuda yang mampu menjinakkannya, bahkan pelatih yang paling ulung pun tak mampu mengendarainya. Akhirnya para pelatih kuda dan Raja Philippus sendiri memutuskan, bahwa kuda itu tak baik untuk berperang. Tapi tiba-tiba ada seorang anak berteriak, “kuda itu kuda paling bagus yang pernah kulihat! Aku dapat menjinakkannya!”. Singkat cerita, anak itu dapat menjinakkan kuda liar tersebut dengan mendekatinya sambil berbicara dengan lemah lembut. Kuda itu dibelai-belainya dan diarahkannya menghadap matahari. Anak tersebut tahu bahwa kuda itu sangat takut melihat bayangannya sendiri. Nama anak tersebut adalah Alexander.
Alexander adalah anak Raja Philippus, raja Macedonia. Alexander belajar ilmu pengetahuan dari Aristoteles. Ia gemar belajar dan membaca. Setelah menjadi raja menggantikan ayahnya pada usia 20 tahun, Alexander kemudian menaklukan dunia.
Ada seorang anak tukang tenun miskin yang putus sekolah di kota Genoa, Italia. Ketika kecil ia suka sekali melihat-lihat kapal di pelabuhan. Ia bercita-cita ingin menjadi pelaut. Sekalipun tidak sekolah, ia selalu belajar dan membaca. Ia kemudian menjadi pelaut pada umur 14 tahun. Pada masa itu kebanyakan orang percaya bahwa bumi itu datar, tapi pelaut kecil ini percaya bahwa bumi itu bulat dan bila orang berlayar ke barat terus-menerus akhirnya akan sampai di tempat semula. Semua ini ia ketahui dari buku-buku yang dibacanya.
Ketika ia mengajukan permintaan kapal kepada raja Portugis, ia ditolak. Kepada raja Inggris juga ditolak Kepada Ratu Spanyol, Isabella juga ditolak bahkan ditertawakan oleh para ilmuwan dan ahli laut Spanyol. Sepuluh tahun lamanya ia mencari raja yang mau membiayai rencananya. Hingga akhirnya Ratu Isabella bersedia memberikan kapal karena Spanyol telah selesai berperang.
Di tengah laut anak buah kapalnya ketakutan karena sudah dua bulan lebih mereka tidak melihat daratan. Mereka marah dan ingin membunuhnya dengan membakar ia hidup-hidup atau menggantungnya. Namun ia tidak gentar bahkan menantang anak buahnya dengan mengatakan bila dalam tiga hari tidak menemukan daratan, maka mereka kembali ke Spanyol. Tiga hari kemudian, yaitu pada tanggal 12 Oktober 1492, mereka menemukan daratan. Peristiwa ini dikemudian hari dikenal sebagai penemuan benua baru, benua Amerika. Nama pelaut yang menemukan benua tersebut adalah Columbus. Pada saat itu Columbus mengira bahwa ia telah sampai ke India. Itulah sebabnya penduduk daratan itu ia sebut Indian.
Columbus tidak marah ketika Amerigo Vespucci mengklaim bahwa dirinyalah yang menemukan benua Amerika dan memberi nama benua itu sesuai dengan namanya. Columbus juga tidak marah ketika banyak orang iri hati kepadanya karena kesuksesannya dan menganggap apa yang dicapainya adalah sesuatu yang dapat mereka lakukan juga.
Kisah Alexander Agung dan Columbus adalah kisah tentang keyakinan, pendirian yang teguh dan rasa percaya diri seseorang. Kedua tokoh tersebut memperjuangkan dengan gigih apa yang dicita-citakannya, tidak putus asa, dan dengan penuh sabar terus-menerus berusaha menggapai apa yang diinginkannya.
Ada kemiripan diantara mereka, yaitu kemauan untuk belajar dan membaca. Alexander belajar dari seorang mahaguru Aristoteles, sementara Columbus belajar dari buku-buku yang dibacanya. Columbus menjadikan buku sebagai gurunya yang setia. Mereka menjadi besar karena memiliki keinginan kuat untuk membuktikan apa yang diyakininya sementara orang lain menertawakan bahkan mengejeknya.
Jadi, baik Alexander dan Columbus memiliki karakter kuat untuk menjadi seorang pemenang. Karakter itulah yang membedakan mereka dengan orang-orang se-jamannya. Membedakan Columbus dengan para ilmuwan, ahli laut Spanyol, dan anak buahnya yang hendak membunuh dia. Membedakan Alexander dengan pelatih-pelatih kuda hebat dan panglima-panglima perang lainnya.